Faktor Utama Anak Bunuh Diri: Kesehatan Mental

by -203 Views
Faktor Utama Anak Bunuh Diri: Kesehatan Mental

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan bahwa kesehatan mental menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Keluarga, sekolah, masyarakat, dan media sosial memainkan peran penting dalam kesehatan mental anak-anak.

Diyah Puspitarini, Komisioner KPAI, mengatakan bahwa meskipun ada beberapa faktor lain selain kesehatan mental yang menyebabkan bunuh diri anak, faktor kesehatan mental memang berperan dalam hal ini. Namun, tidak semua kasus bunuh diri anak disebabkan oleh masalah kesehatan mental.

Lebih lanjut, Diyah menjelaskan bahwa ada beberapa faktor lain yang menyebabkan anak dan remaja mengalami gangguan kesehatan mental, seperti pola pengasuhan di rumah, penanaman nilai-nilai spiritual dan keagamaan, serta teladan yang diberikan oleh orang tua. Selain itu, pengaruh media sosial juga merupakan faktor yang berperan dalam kesehatan mental anak.

KPAI mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena bunuh diri anak-anak yang terjadi belakangan ini. Oleh karena itu, kesehatan mental anak dan remaja harus menjadi perhatian utama dalam pembangunan manusia di Indonesia.

Diyah mengungkapkan bahwa kesehatan mental yang baik bukanlah hal yang bisa diperoleh secara instan. Ada proses panjang yang melibatkan pembentukan karakter dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama dari keluarga. Situasi rumah yang aman dan nyaman juga berperan dalam kesehatan mental anak, sehingga komunikasi yang baik antara anggota keluarga juga perlu diperhatikan.

Gangguan kesehatan mental atau depresi merupakan masalah yang rentan terjadi pada remaja. Data menunjukkan bahwa sebanyak 6,1 persen penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental.

Kesehatan remaja sendiri memiliki paradoks, di mana secara fisik mereka dalam kondisi yang sehat namun angka kesakitan dan kematian meningkat. Khamelia Malik dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengendalikan perilaku dan emosi remaja. Otak remaja berkembang dengan cepat, membuat mereka cenderung melakukan perilaku berisiko dan kurang mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka.

Orang tua dan guru perlu membantu remaja dalam mengevaluasi risiko dan mengembangkan strategi untuk mengalihkan perhatian dan energi mereka ke aktivitas yang lebih sehat. Mereka juga harus menjadi panutan dalam membangun kecerdasan emosi dan membuat pilihan yang lebih baik.

Dalam menghadapi masalah kesehatan mental, peran keluarga, sekolah, masyarakat, dan media sosial sangat penting. Semua pihak harus saling bekerja sama untuk menjaga kesehatan mental anak-anak dan remaja demi pembangunan manusia yang lebih baik.