Kementerian Koperasi dan UKM mendirikan Rumah Produksi Bersama (RPB) di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk meningkatkan nilai tambah kerajinan bambu. Keberadaan RPB diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Meskipun bambu memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan menjadi berbagai produk turunan, kita perlu fokus terlebih dahulu pada bambu sebagai pengganti kayu, yaitu bambu betung sebagai laminasi pengganti kayu untuk keperluan konstruksi,” ujar Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.
Perempuan di sana akan diajarkan membuat souvenir dari bambu. Ke depannya, bambu juga dapat digunakan untuk membuat mebel atau furnitur.
Dengan mengembangkan kerajinan bambu, itu juga berarti menjalankan program ekonomi restoratif. “Dalam ekonomi restoratif, salah satu wujudnya yaitu memulihkan sumber daya yang rusak atau meregenerasinya sehingga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Di sini ada 40 ribu hektare kebun bambu, cara memanennya lewat menjaga regenerasi produksinya, ini luar biasa,” jelas Menkop.
Apalagi, jika Pemerintah Daerah (Pemda) membuat pembinaan afirmatif hingga kebijakan restoratif lingkungan, yang mengharuskan semua hotel, resort, dan perkantoran menggunakan bambu. Maka itu akan menghidupkan ekonomi masyarakat di NTT, karena kebutuhan bambu bakal meningkat.
“Bagi NTT ini menjadi bentuk konsep ekonomi restoratif, seiring potensi bambu di wilayah ini yang luar biasa,” kata Teten. Dirinya juga mendorong rumput laut di NTT bisa dikembangkan menjadi produk unggulan daerah.
Ia mengatakan, harus ada sekolah vokasi karena rumput laut memiliki sekitar 500 turunan produk. Meliputi tepung, makanan farmasi, pengganti plastik, pupuk, dan lainnya.