JAKARTA – Pakar komunikasi dari Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting, memperingatkan tentang bahaya polarisasi masyarakat akibat isu sensitif terkait agama. Dia mengacu pada kasus Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017, yang harus menjadi pelajaran bagi peserta kontes 2024.
Hal ini diungkapkan Ginting sebagai tanggapan terhadap kasus dugaan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW dalam acara yang dihadiri oleh ‘Desak Anies’ di Kota Bandar Lampung, Kamis (7/12/2023). Komika asal Lampung, Aulia Rakhman, yang tampil dalam acara itu, menggunakan nama Muhammad sebagai bahan lelucon saat open mic, dan hal ini membuat umat Islam marah.
Belajar dari kasus Ahok dalam Pilkada DKI 2017, menurut Ginting, terjadi pembelaan yang luar biasa di masyarakat. Kasus Ahok seharusnya menjadi pelajaran yang tidak boleh diulang oleh siapa pun calon presiden.
“Jangan masuk ke wilayah sensitif pada tahun politik, karena kita sudah mengalami polarisasi sejak 2014. Dan itu nyata,” kata Ginting kepada Republika.co.id di Jakarta, Ahad (10/12/2023).
Pembelahan dalam masyarakat, menurut Ginting, sudah dicoba diperbaiki oleh Prabowo Subianto dengan bergabung ke kabinet Jokowi pada tahun 2019. Prabowo yang dikalahkan Jokowi dalam Pilpres 2019, memilih menerima tawaran menjadi menteri pertahanan demi mencegah polarisasi dalam masyarakat.
“Kehadiran Prabowo sebenarnya bertujuan meminimalisir polarisasi dalam masyarakat. Jangan memperbesar lagi pada tahun politik, yang nantinya dapat menjadi sesuatu yang kontraproduktif,” ujar Ginting.
Dia juga meminta partai politik untuk mengingatkan penghibur acara dan aktor kampanye agar tidak masuk pada wilayah sensitif. “Mereka harus belajar dari kasus polarisasi masyarakat akibat pemilu. Sudah sembilan tahun. Mau terjadi lagi?” kata Ginting.
Dia juga melihat bahwa pernyataan Wakil Ketua Umum DPP Partai Nasdem Ahmad Ali yang membela Aulia, sebenarnya merupakan langkah blunder. Menurut Ginting, persoalan Aulia yang dinilai melecehkan Nabi Muhammad SAW dalam acara yang dihadiri oleh capres Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, sebenarnya sudah selesai ketika yang bersangkutan meminta maaf.
“Tinggal kemudian partai (tim sukses Anies) atau penyelenggara tinggal menjelaskan kepada publik dan meminta pada para komika agar jangan masuk ke wilayah politik,” ungkap Ginting. Dia menyebut bahwa Ahmad Ali seharusnya tidak perlu lagi membela masalah itu.