Dalam sejarah bangsa Indonesia, kita pernah mengalami ratusan tahun penjajahan oleh bangsa asing. Kita pernah dijajah oleh orang Portugis, Belanda, Inggris, bahkan Prancis di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels.
Pada masa pra-kemerdekaan, para penjajah mengambil hasil bumi kita secara paksa dan menggunakan tenaga kerja kita secara paksa.
Para penjajah seringkali merebut kekuasaan di Nusantara tanpa menggunakan senjata. Mereka memberikan iming-iming ekonomi dan hadiah kepada pimpinan kerajaan yang berkuasa. Seringkali hadiah-hadiah tersebut disimpan di museum Belanda dan masih terlihat hingga sekarang.
Beberapa sultan dan raja Nusantara tidak dapat dibeli oleh Belanda. Mereka menolak tunduk dengan iming-iming uang dan perhiasan. Namun, banyak dari mereka akhirnya dilawan oleh saudara sebangsanya yang telah dibeli oleh Belanda.
Salah satu sultan yang menolak untuk tunduk kepada Belanda adalah Sultan Agung. Meskipun tidak berhasil merebut Batavia secara keseluruhan, Sultan Agung tetap teguh dalam tekadnya untuk mengusir VOC dari Nusantara. Bahkan sampai akhir hayatnya, Sultan Agung tidak mau berdamai dengan VOC meskipun ditawari imbalan yang menggiurkan.
Sultan Agung adalah salah satu sultan yang bijaksana dan kuat dalam menentang kolonialisme Belanda. Ia membangun negerinya dan mengkonsolidasikan kekuatannya baik secara territorial maupun militer.
Meskipun Sultan Agung tidak berhasil merebut Batavia, ia tetap teguh dalam memerangi penjajahan Belanda. Ia juga menjalin hubungan dengan Portugis dan menjajaki kemungkinan untuk menghancurkan VOC. Sultan Agung juga berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan besar melalui kebudayaan rakyat yang adiluhung dan sistem-sistem pertanian yang diperkenalkannya.
Sumber: https://prabowosubianto.com/pejuang-nasional-sultan-agung-adi-prabu-hanyakrakusuma/