Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub

by -102 Views
Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Pak Tarub adalah lulusan angkatan ’65. Saya pertama kali berinteraksi dengannya ketika beliau menarik saya dari Kepala Staf Brigade menjadi komandan Pusdikpassus di Batujajar. Saya menganggap peristiwa ini sebagai sebuah kehormatan.

Saat menarik saya, dia berkata, “Prabowo, coba kau benahi Batujajar. Kurikulum perbaiki. Buat tidak kalah dengan pasukan terbaik di dunia.” Misi itulah yang saya emban dan dengan dukungan penuh dari beliau saya melakukan perubahan kurikulum dan sistem latihan di Batujajar.

Sebelum menjabat komandan Pusdikpassus, saya meninjau beberapa pasukan khusus terbaik di dunia seperti Delta Force di Amerika, SAS di Inggris, dan GSG9 di Jerman. Setiap saya berkunjung ke pasukan, yang selalu saya cari adalah kurikulum pelatihan dan pendidikan mereka. Dari Pak Tarub saya belajar, jika kita ingin menilai suatu pasukan, lihatlah kurikulum pendidikan mereka. Hitunglah berapa jam pelajaran dia belajar taktik, teknik, dan sebagainya. Hitunglah berapa butir peluru setiap prajurit menembak. Dari situ kita akan tahu kualitas pasukan itu. Itu yang saya lakukan dengan dukungan penuh dari Pak Tarub untuk memperbaiki mutu dan kurikulum pelatihan komando. Alhamdulillah sekarang setelah sekian puluh tahun saya monitor, bahwa beberapa perubahan yang saya lakukan masih terus diterapkan di Batujajar.

Pak Tarub dikenal sebagai orang yang ceria, penuh humor, selalu sangat persuasif, dan jarang marah. Pribadinya halus. Beliau disukai atasan, disukai rekan, dan disukai anak buah.

Pak Tarub juga terlihat dari foto-foto daerah operasi, sejak menjadi kapten juga selalu berada di daerah operasi. Pak Tarub juga memiliki hobi menembak selain tentunya olahraga yang lain terutama olahraga bela diri.

Sering Pak Tarub memberi tugas kepada saya. Tapi setelah memberi tugas, beliau membiarkan saya menyelesaikan tugas itu tanpa banyak ikut campur tangan. Banyak senior saya memberi tugas, memberi perintah, mendukung dengan apa yang dibutuhkan tapi tidak mengganggu pelaksanaan itu.

Sifat ini yang kemudian saya gunakan sebagai cara saya juga dalam memimpin. Saya sering memberi tugas kepada anak buah, saya biarkan dia menyelesaikan tugas. Tentu saja saya akan memberikan apa yang diperlukan, tapi berilah keleluasaan untuk dia menyelesaikan tugas itu.

Sebagai orang lapangan saya tidak suka jika setiap langkah harus diatur, harus ditanya, atau harus diawasi. Ini kemudian saya lihat sebagai gaya kepemimpinan yang berhasil.

Di satuan-satuan yang aktif, dan yang kuat, pasukan-pasukan dunia yang hebat, gaya kepemimpinan jenderal-jenderal hebat luar negeri adalah demikian. Dikenal dengan istilah yang digunakan tentara Jerman dan Amerika sebagai mission type order. Perintah dengan cukup memberi tugas pokok. Tidak perlu detail.

Ini yang dilaksanakan oleh Pak Sahala Rajagukguk saat mengendalikan saya pada tahun 1978, dalam operasi mengejar Lobato. “Kamu sampai di sini ini, lanjutkan pengejaran ke koordinat ini. Lalu kamu sudah tahu ya apa yang harus dilakukan. Ketemu lagi berapa hari dari sekarang dengan helikopter ini.” Ia selanjutnya langsung terbang, tidak ada lagi perintah operasi yang bertele-tele. Itu juga yang saya pelajari dari Pak Tarub.

Source link