Dengan Teknologi AI, Terapi Pengencangan Wajah Semakin Efektif

by -1844 Views
Dengan Teknologi AI, Terapi Pengencangan Wajah Semakin Efektif
Terapi yang tepat dapat menunda datangnya tanda-tanda penuaan kulit.(Dok. Freepik)

TERAPI pengencangan wajah menjadi favorit banyak perempuan yang ingin menunda munculnya tanda-tanda penuaan di kulit. Dengan terapi ini, masalah seperti keriput dan kekenduran kulit dapat diatasi. Terapi ini dilakukan dengan beberapa metode, salah satu yang populer ialah menggunakan energy based device atau perangkat estetika medis berbasis energi. Misalnya, perangkat dengan energi laser, gelombang radio frekuensi, dan ultrasound.

Seiring dengan kemajuan teknologi, perangkat tersebut juga semakin canggih. Terkini, teknologi artificial intelligence (AI) digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan efektivitas alat tersebut. Seperti apa penggunaan dan manfaatnya? Mari simak penjelasan dokter spesialis dermatologi, venereologi, dan estetika, dr. Arini Widodo, Sp.DVE, berikut ini.

Merangsang Pembentukan Kolagen

Kolagen merupakan sejenis protein yang berfungsi membentuk struktur dan mengisi jaringan kulit. Kolagen yang melimpah akan memberi tampilan kulit yang kencang, halus, kenyal, dan sehat. Kolagen diproduksi secara alami di kulit kita, namun produksinya menurun seiring bertambahnya usia.

Baca juga : Teknologi Filler Generasi Baru Bantu Atasi Penuaan Kulit

“Maka, tak jarang garis-garis halus, keriput, dan kekenduran kulit mulai dikeluhkan di usia 40 tahun ke atas,” ujar dr. Arini dalam acara soft launching alat estetika medis Exion, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu, hampir semua perawatan pengencangan wajah yang ditawarkan klinik-klinik estetika memiliki tujuan yang sama, yaitu merangsang pembentukan kolagen baru. Caranya, menggunakan panas yang dihasilkan alat estetika. Panas tersebut mampu menembus ke lapisan dalam kulit (dermis).

“Alat estetika medis seperti Exion misalnya, menggunakan energi dari gelombang radio frekuensi yang dapat memanaskan lapisan dalam kulit kita hingga suhu 42°C. Kondisi panas inilah yang merangsang pembentukan kolagen baru,” terang dokter lulusan Harvard Medical School ini.

Baca juga : Aesthetic Intelligence, Padukan Kompetensi Medis dan Intuisi Artistik untuk Kulit Sehat dan Cantik

Perlu Dilakukan Berulang

Dokter Arini menjelaskan, terapi dengan energy based device umumnya perlu dilakukan beberapa kali. Ia mencontohkan penggunaan Exion. Hasil penelitian yang dilakukan produsen Exion, BTL Aesthetics, menunjukkan bahwa empat kali perawatan dengan alat tersebut dapat meningkatkan 47% produksi kolagen dan 50% produksi elastin pada lapisan dalam kulit. Serupa dengan kolagen, elastin juga protein yang berperan menjaga kulit supaya fleksibel dan kencang.

“Jadi, perawatan dengan Exion sebaiknya dikerjakan sebanyak empat sesi dengan jarak pengulangan satu minggu. Hal ini bertujuan agar hasil perawatan benar-benar optimal dan hasilnya long lasting. Namun, pasien tetap dapat merasakan perbaikan pada wajah mereka pada perawatan pertama,” ucap dr Arini.

AI Akurat Menakar Dosis Energi

Pada kesempatan sama, Country Manager BTL Aesthetics Indonesia, Jan Valacai, menjelaskan, pemanfaatan teknologi AI telah merambah bidang estetika. Exion sendiri dilengkapi dengan fitur AI untuk memberikan hasil perawatan wajah yang lebih terprediksi, aman, tanpa nyeri, dan tanpa downtime (waktu pemulihan setelah terapi). 

“Cara kerja AI pada Exion adalah dengan mendeteksi konduktivitas lapisan dalam kulit (dermis) kemudian AI akan menakar seberapa besar energi radio frekuensi yang dibutuhkan lapisan kulit tersebut. Jadi, AI dapat menentukan dosis energi yang tepat dan akurat untuk setiap kondisi kulit pasien. Perawatan menjadi lebih praktis, aman, dan efektif,” pungkas Jan Valacai.  (X-8)

Source link