SAAT berpatroli di sepanjang garis depan aktif, pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Libanon selatan memantau bentrokan yang dipicu serangan Israel di Gaza.
Posisi militer Israel mendominasi lanskap dekat Garis Biru, zona yang bergejolak dan tidak diakui sebagai perbatasan.
Sebagian besar wilayah tersebut tidak berpenduduk, dengan rumah-rumah yang hancur di daerah kekuasaan Hizbullah. PBB bertujuan untuk mencapai gencatan senjata diplomatik, sementara Israel mencari zona penyangga bebas Hizbullah sesuai dengan Resolusi PBB 1701. Pasukan Libanon, didukung PBB, berusaha untuk memperluas kontrol negara meskipun ketegangan dan titik-titik sengketa di sepanjang perbatasan terus berlanjut.
Baca juga : Kemenlu Belum Pastikan Adanya Serangan ke Markas PBB Indonesia di Libanon
Tanggapan militer Israel kepada Mahkamah Agung menunjukkan kekurangan tank dan amunisi sebagai akibat dari perang.
Mahkamah Agung meminta militer untuk membuka peran tambahan bagi rekrutan perempuan, termasuk sebagai bagian dari satuan tank yang seluruhnya terdiri dari perempuan dalam batalion infanteri. Militer mengatakan program tersebut ditunda, menurut beberapa laporan media Israel.
“Selama perang, banyak tank yang rusak, yang dinonaktifkan pada tahap ini dan tidak digunakan untuk pertempuran atau pelatihan, dan tidak diharapkan bahwa tank baru akan diperkenalkan ke dalam korps dalam waktu dekat,” kata militer Israel.
Mereka menambahkan amunisi dan sumber daya yang diperlukan untuk pemeliharaan peralatan “sangat terbatas” dan persenjataan dalam korps lapis baja diprioritaskan untuk perang. (Al Jazeera/Z-3)