ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) kembali mengeluarkan epidemiological alert atau kewaspadaan epidemiologik akibat virus oropouche (OROV).
Virus oropouche sudah ada sejak 1955 yang ditemukan di dekat Sungai Oropouche, Trinidad, Amerika Selatan. Namun, terbaru adalah otoritas kesehatan Brazil pada 25 Juli 2024 melaporkan dua kasus kematian OROV, dan ini laporan kematian pertama di dunia.
“Hal yang baru juga, untuk pertama kali di dunia di bulan Juli ini ada kecurigaan penularan OROV pada ibu hamil dan menyebabkan keguguran. WHO Amerika Serikat bahkan pada 18 Juli 2024 mengeluarkan seruan kewaspadaan dan memberitahu negara-negara tentang kemungkinan penularan ibu anak ini dan meminta peningkatan surveilan kejadian ini,” kata Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama dalam keterangannya, Sabtu (27/7).
Baca juga : Picu Kematian 2 Perempuan di Brasil, Berikut Menarik tentang Virus Oropouche
Sejauh ini penyakit OROV di Benua Amerika baru dilaporkan di lima negara antara lain Brazil, Bolivia, Peru, Kuba dan Kolumbia.
OROV merupakan penyakit tular vektor melalui gigitan serangga dan juga dapat melalui nyamuk Culex quinquefasciatus. Ada pun gejalanya meliputi demam, sakit kepala, nyeri sendi, fotofobia (takut sinar), diplopia (melihat double), mual dan muntah.
“Pada keadaan sangat jarang dapat terjadi meningitis, radang selaput otak. Yang penting untuk kita pada keadaan tertentu gejalanya bisa sedikit mirip dengan demam dengue, suatu penyakit yang cukup banyak kita ketemui di negara kita,” ujar Prof Tjandra.
Hingga kini belum ditemukan pengobatan yang khusus dan membutuhkan waktu beberapa minggu jika sudah terjangkit penyakit ini.
WHO Amerika Serikat mengatakan bahwa sekarang kejadian OROV ini sedang dalam pengamatan epidemiologi, dan menganjurkan negara-negara untuk melakukan dua hal, peningkatan surveilans termasuk entomologi dan menjalankan upaya pengendalian vektor dengan baik. (Z-10)