MAJOR GENERAL TNI (RET.) SUHARTONO SURATMAN

by -79 Views
MAJOR GENERAL TNI (RET.) SUHARTONO SURATMAN

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga seorang penembak yang hebat. Dia juga sangat pandai berenang. Biasanya, seseorang yang pandai dalam freefall tidak bisa menyelam, atau seorang penyelam tidak pandai freefall. Namun, Pak Tono berprestasi baik dalam keduanya, freefall dan menyelam. Dia adalah anggota Pasukan Katak. Dia juga sangat mahir dalam karate. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah seorang Perwira Angkatan Darat yang memberikan contoh yang baik dan seharusnya menjadi idola bagi para bawahannya dan generasi penerus.

Saat saya ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan, saya sedang mencari orang yang cocok untuk menjadi kepala SMA Taruna Nusantara. Saya bertanya, ‘Pak Tono Suratman, apakah Anda bersedia menjadi Kepala SMA Taruna Nusantara?’

‘ Saya bersedia’. Bayangkan patriotisme pria ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Pangdam Kalimantan. Sekarang dia sudah pensiun, tetapi dia bersedia menjadi kepala SMA Taruna Nusantara.

Tono Suratman adalah adik kelas saya selama satu tahun. Kami sudah bersama-sama untuk waktu yang lama. Meskipun ada perbedaan usia, kami sangat akrab. Bagi saya, dia seperti adik sendiri. Saat kami masih lajang, dia sering menginap di rumah orang tua saya di Kebayoran Baru, di Jalan Kertanegara nomor 4.

Saat saya menjadi Komandan Kompi (DANKI), dia adalah Komandan Peleton (DANTON) 1. Kami berdua ditempatkan di Timor Timur. Dia bergabung dengan Nanggala 28. Kodenama saya adalah Kancil; dia, di sisi lain, adalah Kancil Satu. Di sana, saya melihat bagaimana dia berhasil sebagai perwira lapangan.

Sejak dia menjadi taruna, Pak Tono sangat aktif dalam olahraga. Dia telah menjadi anggota tim anggar nasional. Dia juga menjadi anggota tim renang AKMIL, dan seorang penembak yang hebat juga.

Dia sangat berprestasi sebagai perwira muda di KOPASSUS. Saat saya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81, saya menyarankan kepada Pak Luhut sebagai atasan saya untuk menunjuk Pak Tono sebagai Komandan Pasukan Katak Detasemen. Sejak itu, saya sering pergi ke medan perang bersama Pak Tono.

Dalam karirnya, akhirnya dia menjadi Komandan grup 1 Kopassus Para-Komando. Dia juga menggantikan saya sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Pelatihan KOPASSUS (PUSDIKPASSUS). Dia juga memimpin pasukan Rajawali, yang terdiri dari perusahaan-perusahaan terbaik dari semua KODAM. Perusahaan-perusahaan ini dilatih khusus dalam taktik anti gerilya, yang kami sebut pasukan pemburu. Setelah pelatihan, pasukan Rajawali dikerahkan ke Timor Timur. Pasukan ini sangat efektif dalam pertempuran. Mereka adalah pelopor Batalyon Raider yang dibentuk oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga seorang penembak yang hebat. Dia sangat mahir dalam menembak pistol, senapan serbu, dll. Dia juga adalah perenang yang sangat baik, tidak heran, karena dia memimpin Pasukan Katak Detasemen 81. Dia berlatih dengan Pasukan Katak elit Angkatan Laut (KOPASKA). Selain itu, dia juga adalah penyelam tempur dan paratrooper freefall yang luar biasa.

Biasanya, seseorang yang sangat mahir dalam freefall tidak bisa menyelam, dan sebaliknya. Namun, Pak Tono berprestasi dalam keduanya. Dia juga sangat pandai dalam karate. Dia adalah orang yang berpengetahuan luas. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah panutan yang hebat dan diidolakan oleh para perwira dan generasi muda.

Saat saya ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan, saya bertekad untuk memperbaiki SMA Taruna Nusantara, yang didirikan di bawah naungan Kementerian Pertahanan. SMA Taruna Nusantara didirikan oleh Pak Benny Moerdani. Saat saya masih seorang perwira muda, saya terlibat dalam penyusunan konsep awal sekolah tersebut dan mempresentasikannya kepada Pak Benny Moerdani.

Ketika saya ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang cocok untuk menjadi kepala sekolah, jadi saya bertanya pada Pak Tono. ‘Pak Tono, apakah Anda bersedia menjadi Kepala SME Taruna Nusantara?’

“Siap. Saya bersedia!” jawab Pak Tono tanpa ragu.

Bayangkan patriotisme pria ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Pangdam di Komando Daerah Militer Kalimantan. Meskipun dia sudah pensiun, dia bersedia menjadi kepala SMA Taruna Nusantara. Dia menganggap sekolah tersebut sebagai ‘neraca’ untuk mendidik dan melatih siswa-siswa yang luar biasa yang kelak akan menjadi pemimpin superior, sangat penting untuk masa depan negara dan bangsa. Pak Tono adalah adik kelas saya yang kepemimpinannya harus diajarkan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Menurut pendapat saya, dia seharusnya menjadi komandan Pasukan Khusus Indonesia karena dia adalah perwira komando yang lebih baik daripada saya, dan mungkin bahkan menjadi Komandan KOSTRAD.

Source link