Hari Kampanye Mengakhiri Spesiesisme Sedunia Advokasi Nasib Hewan di Masa Depan

by -109 Views
Hari Kampanye Mengakhiri Spesiesisme Sedunia Advokasi Nasib Hewan di Masa Depan
Hari Kampanye Mengakhiri Spesiesisme Sedunia Advokasi Nasib Hewan di Masa Depan
Peternakan sapi.(MI/Sri Utami)

GERAKAN perlindungan hewan global bersatu memperingati Hari Kampanye Mengakhiri Spesiesisme Sedunia (World Day for the End of Speciesism). Peringatan yang melibatkan organisasi hak-hak hewan dan individu ini untuk mengadvokasi terwujudnya dunia untuk semua makhluk memiliki hak untuk diperlakukan dengan hormat dan welas asih.

Koalisi Act For Farmed Animals (AFFA), sebuah inisiatif kolaboratif yang dijalankan oleh Animal Friends Jogja dan Sinergi Animal di Indonesia, memperingati Hari Kampanye Mengakhiri Spesiesme Sedunia dengan menyajikan serangkaian refleksi tentang bagaimana hubungan manusia dengan hewan berdampak pada masa depan.

Direktur Pengelola Act for Farmed Animals, Among Prakosa, mengatakan selama berabad-abad, hewan sering kali hanya dijadikan komoditas belaka. Asumsi bahwa hewan memiliki kapasitas rendah, kurangnya penalaran dan bahasa, dan bahkan tak memiliki perasaan membenarkan penggunaan dan eksploitasi hewan intensif untuk konsumsi makanan, kosmetik, hiburan, transportasi, obat-obatan, dan lainnya.

Baca juga : Spesies Invasif Dapat Peroleh Manfaat dari Cuaca Ekstrem

Namun temuan ilmiah terbaru menunjukkan berbagai jenis hewan memiliki banyak kesamaan kualitas dan atribut seperti manusia. Misalnya struktur otak yang berhubungan dengan emosi pada manusia, dan kemampuan merasakan nyeri telah dibuktikan secara luas pada semua vertebrata.

“Ilmu pengetahuan mengakui semakin banyak spesies hewan sebagai makhluk dengan kecerdasan, ingatan, dan kapasitas untuk mengalami rasa sakit dan merasakan emosi. Pada saat yang sama, kita juga mengalami kemajuan dalam identifikasi bahasa mereka, ikatan sosial yang mereka bangun, dan keinginan bawaan mereka untuk merasakan kehidupan yang bebas dari rasa sakit dan penderitaan,” jelasnya, Sabtu (31/8).

Pada 2012, jelasnya, menjadi titik balik penting ketika sekelompok ilmuwan terkemuka menerbitkan The Cambridge Declaration of Consciousness. Deklarasi ini mengakui adanya dasar substrat neurobiologis terkait kesadaran yang sama pada berbagai spesies hewan, termasuk semua mamalia dan burung serta beberapa spesies lainnya. 

Baca juga : Kampanye Upcycling For Love Bantu Pembangunan Tempat Perlindungan Hewan Telantar

Kemudian, antara tahun 2021 dan 2022, semua spesies vertebrata dan banyak invertebrata, seperti lobster, gurita, dan kepiting, dimasukkan secara hukum dalam daftar pemerintah Inggris dalam Animal Welfare (Scientience) Bill mendorong pembuatan kebijakan yang mempertimbangkan kemampuan hewan mengalami rasa sakit.

Pada 2024, Deklarasi New York tentang Kesadaran Hewan juga menyorot spesies serangga dan moluska, seperti siput dan tiram. Deklarasi ini menyatakan ada kemungkinan hewan-hewan ini memiliki kesadaran atau dapat merasakan sakit, sehingga manusia tidak boleh mengabaikan kemungkinan tersebut saat membuat keputusan yang mempengaruhi mereka.

Studi psikologi menunjukkan manusia cenderung lebih berempati terhadap spesies yang lebih dekat hubungannya dengan kita seperti mamalia dibandingkan burung atau ikan. Namun, sejumlah penelitian menekankan bahwa semua spesies layak mendapatkan pertimbangan moral, tidak peduli seberapa dekat hubungan mereka dengan kita.

Baca juga : Inilah Daftar Moluska Terbaik Tahun ini

“Kita harus membuat perubahan yang diperlukan dalam masyarakat kita untuk menghormati kehidupan mereka,” kata Among.

Dengan semakin meningkatnya pengakuan terhadap hewan, organisasi dan individu yang bekerja untuk melindungi hewan berupaya mengubah industri eksploitatif, menghilangkan praktik-praktik paling kejam, dan mempromosikan alternatif di mana spesies hewan tidak perlu dirugikan demi kepentingan manusia. 

Di garis depan gerakan ini, Koalisi Act For Farmed Animals (AFFA) menyoroti peternakan sebagai salah satu isu yang paling mendesak dan penting.

Baca juga : Untuk Bahan Kue, Hokkaido Baby Hanya Gunakan Telur Bebas Kandang

“Perjuangan melawan spesiesisme kami lakukan melalui advokasi untuk spesies yang paling terabaikan: lebih dari 80 miliar hewan darat disembelih tiap tahun untuk diambil dagingnya, juga Ikan dan spesies laut yang jumlah tepatnya sulit dipastikan, namun akan signifikan menambah angka hewan yang disembelih setiap tahun jika mereka juga kita hitung,” imbuhnya.

Meskipun pertumbuhan industri peternakan, khususnya peternakan pabrik, yang terus berlanjut makin mengkhawatirkan, Act for Farmed Animals melihat gerakan kesejahteraan hewan telah memimpin perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Transformasi dalam industri pangan sangat jelas terlihat. Kami berhasil mendapatkan komitmen dari ribuan perusahaan di seluruh dunia untuk menghapus praktik-praktik kejam seperti sistem sangkar dan kandang gestasi. Kami mendorong sektor keuangan untuk menjauh dari investasi di peternakan pabrik dan kami telah mendukung institusi untuk mulai menyediakan jutaan makanan berbasis nabati,” paparnya.

Setiap tahunnya, hampir 60 juta hewan merasakan dampak positif dari kampanye ini. Hasil-hasil ini menunjukkan sedang membentuk masa depan yang lebih baik untuk semua spesies. (J-3)

Source link