PERKEMBANGAN penyakit Mpox yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet atau Monkeypox, di seluruh dunia mulai mengalami penyebaran yang cukup signifikan.
Dari laman Infeksi Emerging Kemenkes, diketahui sampai dengan minggu kedua September 2024, kasus Mpox yang dilaporkan di dunia mencapai 106.310 kasus terkonfirmasi dengan 233 kematian.
Wilayah Afrika sebagai awal mula terjadinya peningkatan kasus Mpox sendiri dilaporkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Africa Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika saat ini kasusnya sudah meningkat menjadi 29.152, termasuk 6.105 kasus terkonfirmasi dan 738 kematian.
Baca juga : Gejala Mpox Mirip Penyakit Lain, Segera Konsultasi ke Faskes
Sementara di Indonesia, sampai dengan minggu kedua September 2024, tidak terdapat penambahan kasus konfirmasi Mpox di Indonesia sehingga total kasus di Indonesia masih mencapai 88 kasus yang tersebar di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan DIY.
Mpox sendiri adalah penyakit zoonosis yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia disebabkan oleh virus. Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus dan penyebaran, ditemukan bahwa Mpox juga dapat menular antarmanusia, melalui kontak langsung dengan luka atau cairan tubuh orang yang terinfeksi, serta melalui kontak dengan benda atau permukaan yang telah terkontaminasi oleh virus.
Pada umumnya, gejala Mpox bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendiri dalam beberapa minggu. Namun, pada beberapa kasus dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil dan penderita gangguan sistem imun.
Baca juga : Benarkah Orang yang Terinfeksi Mpox tidak Perlu Diobati? Begini Penjelasan Kemenkes
Mpox dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, salah satu gejala khas dari Mpox adalah pembengkakan kelenjar getah bening di beberapa lokasi tubuh, diantaranya bagian leher, ketiak maupun selangkangan. Pembengkakan ini merupakan salah satu indikator penting dalam mendiagnosa infeksi dan bisa memberikan informasi berharga tentang tahap serta tingkat keparahan penyakit tersebut.
Gejala awal Mpox biasanya muncul dalam waktu 5 hingga 21 hari setelah terpapar virus mencakup, demam, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit yang berkembang bertahap.
Ruam atau lesi pada kulit dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam, kemudian berkembang menjadi bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Jumlah lesi yang muncul tubuh tiap penderita pun beragam, berkisar dari beberapa saja hingga hingga ribuan yang dapat ditemukan di mulut, alat kelamin dan mata.
Baca juga : Mpox Merebak, Kemenkes Diminta Tracing Kelompok Berisiko
Dokter spesialis kulit dan kelamin dr. Atika Damayanti dalam diskusi daring baru-baru ini mengatakan bahwa deteksi dini dan penanganan cepat terhadap gejala Mpox memungkinkan bagi penderita untuk dapat sembuh dari penyakit tersebut.
“Awareness’ kita bagus (terhadap Mpox), pencegahan di Indonesia juga cukup baik. Jadi Alhamdulillah yang sudah terkonfirmasi Mpox 88 kasus semuanya sembuh,” ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa koreng-koreng yang muncul akibat Mpox juga bisa sembuh. “Artinya enggak perlu khawatir berlebihan, yang penting kita bisa deteksi dini,” katanya.
Baca juga : Kemenkes Konfirmasi 88 Kasus Mpox hingga 17 Agustus 2024
Menurutnya, kasus Mpox sama seperti penyakit yang diakibatkan virus lainnya. Sehingga, tidak ada obat-obatan khusus yang diberikan kepada pasien penderita Mpox.
Obat-obatan yang diberikan pada pasien hanya bersifat suportif untuk menangani gejala. Misalnya, apabila pasien mengalami demam, maka pihak medis akan memberikan obat untuk demam. Begitu juga dengan pemberian obat nyeri dan gatal yang akan diberikan jika pasien mengalami gejala tersebut.
Meskipun bisa sembuh, namun masyarakat juga tetap harus waspada, khususnya kelompok-kelompok yang rentan terkena virus tersebut. Salah satunya adalah grup LSL (lelaki seks lelaki) yang sangat berisiko terhadap penularan Mpox.
Selain itu, grup bisex juga perlu waspada terhadap Mpox sebab virus ini sangat berisiko menular secara seksual karena kontak yang erat.
“Kelompok penderita autoimun yang imunnya nggak bagus, wanita hamil juga perlu waspada meskipun grup terbesar adalah LSL dan bisex,” tandas Atika. (H-2)