SEBUAH kondisi ironi terjadi di dekat destinasi wisata kelas dunia Taman Nasional (TN) Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tidak jauh dari kawasan itu, berdiri sebuah sekolah yang lebih mirip gubuk daripada sekolah. Padahal, negara mendapatkan pemasukan puluhan miliar setiap tahunnya dari destinasi ini.
Fasilitas pendidikan mirip gubuk itu bernama Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Restorasi Pulau Komodo. Ini menjadi satu-satunya sekolah menengah atas yang mudah diakses oleh warga dalam kawasan TN Komodo seperti Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Papagarang, dan beberapa pulau kecil lainnya.
Sekolah kejuruan itu terdiri dari tiga ruang kelas. Tiang ruang kelas mengunakan bambu, dinding ruangan sebagian mengunakan seng dan sebagian lagi gunakan potongan bambu. Sementara lantai ruangan terbuat dari semen kasar yang membuat ruang kelas selalu berdebu.
Hal yang paling memperihatinkan adalah kondisi ruang guru sekaligus difungsikan sebagai kantor SMKN Restorasi Pulau Komodo. Kondisinya tanpa dinding dan tanpa fasilitas meja, kursi, dan lemari. Guru-guru disekolah ini terpaksa duduk di balai bambu dan kadang duduk di tanah beralaskan plastik atau karton. Ketiadaan meja juga membuat para guru dan pegawai sekolah harus memangku laptop saat bekerja.
“Terdapat 21 guru dan 2 orang tenaga tata usaha (TU) sekolah yang bekerja di SMKN Restorasi Pulau Komodo. Sejak beroperasi pada 2022 lalu, bangunan sekolahnya tidak berubah, masih darurat. kondisinya sangat memprihatinkan” kata Wakil Kepala SMKN Restorasi Pulau Komodo, Saharil, Selasa (22/10).
Saharil mengatakan sebanyak 148 siswa di SMKN Restorasi Pulau Komodo dari kelas XI sampai XII. Sebanyak 90% siswa berasal dari Pulau Komodo. Sisanya, siswa dari pulau-pulau di sekitarnya.
SMKN Restorasi Pulau Komodo memiliki tiga jurusan, yakni kuliner, perhotelan, dan usaha layanan pariwisata. Kegiatan belajar mengajar dilakukan pagi dan siang hari. Dibuat dua kali sehari karena keterbatasan ruang kelas.
“Untuk pagi kelas 2, dan kelas 1 siang, sementara kelas 3 sedang melakukan praktik di Labuan Bajo selama enam bulan,” Jelas Saharil.
Komodo Masuk Ruang Kelas
Saharil mengatakan proses belajar mengajar selalu diganggu binatang komodo. Kata dia binatang yang mendapat julukan naga itu sering kali masuk ke ruang kelas saat jam pelajaran. Ketiadaan pagar pembatas sekolah membuat komodo bebas berkeliaran di lingkungan sekolah.
Ratusan siswa-siswi SMKN Restorasi Pulau Komodo terpaksa menyiapkan kayu dan batu saat pergi dan pulang sekolah maupun saat berada di lingkungan sekolah. Kayu dan batu itu digunakan untuk mengusir komodo agar terhindar dari gigitan.
“Binatang komodo masuk ke lingkungan sekolah bahkan ruang kelas karena tidak adanya pagar pembatas. Baik siswa maupun guru harus terus waspada karena sewaktu-waktu binatang Komodo bisa saja menyerang, ” terang Saharil.
Saharil menambahkan pihaknya telah berupaya mendapatkan bangunan sekolah yang layak. Namun, belum membuahkan hasil. Saharil berharap pemerintah bisa segera membangun gedung yang layak untuk sekolah yang berada di pulau yang menjadi habitat biawak komodo tersebut.
“Kami memohon kepada pemerintah agar sekolah kami segera cepat dibangun karena selama 2 tahun 4 bulan ini sekolah kami tidak layak ditempati oleh siswa dalam proses KBM (kegiatan belajar mengajar),” kata Saharil.
Saharil menjelaskan pembangunan SMKN Restorasi Pulau Komodo itu awalnya diniatkan untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia (SDM) di dalam kawasan TN Komodo sehingga bisa menjaga alam Pulau Komodo. Pembangunan sekolah juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Namun, sekolah itu justru kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
“Perlu atensi khusus dari pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan, untuk pengadaan pembangunan sekolah yang layak demi terciptanya sekolah yang baik untuk masyarakat Desa Komodo,” tandasnya. (MM/J-3)