Dua Desa Asal Bali Masuk dalam Komunitas atau Desa Siaga Bencana Versi UNESCO

by -12 Views
Dua Desa Asal Bali Masuk dalam Komunitas atau Desa Siaga Bencana Versi UNESCO
Dua Desa Asal Bali Masuk dalam Komunitas atau Desa Siaga Bencana Versi UNESCO
Ilustrasi(Dok BPBD Bali)

DUA desa asal Pulau Bali masuk dan diakui oleh UNESCO sebagai desa siaga bencana. Kedua desa tersebut yakni Desa Tanjung Benoa yang terletak di Kabupaten Badung dan Desa Pengastulan dari Kabupaten Buleleng Bali. Karena masuk sebagai desa siaga bencana menurut UNESCO maka kedua desa tersebut diundang dan tampil dalam The 2nd UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium di Aceh.

Kehadiran dua desa asal Bali yang dinilai oleh UNESCO sebagai desa siaga bencana terbaik bukan tanpa alasan. Pulau Bali memiliki tiga sumber gempa bumi, yaitu Megathrust Sumba di perairan selatan Bali, Busur Naik Belakang Flores di bagian utara, dan 30 sesar aktif di darat. Hal ini menjadikan Pulau Bali rawan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami.  

Untuk menghadapi kondisi tersebut, diperlukan upaya mitigasi struktural dan nonstruktural yang melibatkan berbagai pihak. Salah satu upaya nonstruktural yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti program Tsunami Ready Community (Komunitas Siaga Tsunami). 

Tsunami Ready Community adalah program pembentukan komunitas siaga tsunami yang bertujuan untuk membangun masyarakat tangguh dengan kesiapsiagaan menghadapi ancaman tsunami sehingga dapat meminimalkan korban jiwa serta kerugian ekonomi.  

Pada tahun 2022, Desa Tanjung Benoa, Kabupaten Badung, menjadi desa pertama di Indonesia yang dikukuhkan sebagai Tsunami Ready Community oleh UNESCO. Keberhasilan ini diraih dengan dukungan Balai Besar MKG Wilayah III dan Stasiun Geofisika Denpasar sebagai fasilitator dalam memenuhi 12 indikator tsunami ready, serta kerja sama yang baik dan berkelanjutan dengan BPBD Provinsi Bali, BPBD kabupaten/kota, dan berbagai pihak dalam sinergi multihelix di Bali. 

Selanjutnya, Desa Pengastulan, Kabupaten Buleleng, menyusul untuk dikukuhkan sebagai Tsunami Ready Community oleh NTRB pada tahun 2023.  

“Artinya hingga saat ini Bali sudah memiliki dua desa sebagai komunitas siaga bencana terbaik versi UNESCO,” ujar Kepala BPBD Bali Made Rentin, Senin (19/11/2024).

Tahun ini, bertepatan dengan kegiatan The 2nd UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium dalam rangka memperingati 20 tahun tsunami Aceh, yang diselenggarakan di Banda Aceh, Desa Tanjung Benoa, yang diwakili oleh Ketua FPRB Desa Tanjung Benoa, I Wayan Deddy Sumantra dan Desa Pengastulan, yang diwakili oleh Sekretaris Desa Muhammad Ali, diundang sebagai komunitas yang telah berhasil menjadi contoh baik di mata dunia.  

Peran Komunitas Tanjung Benoa dalam acara ini adalah menyampaikan pesan bahwa pengakuan sebagai Tsunami Ready Community harus dipertahankan dengan upaya mitigasi kebencanaan yang berkelanjutan. Selain itu, Komunitas Tanjung Benoa juga berbagi pengalaman tentang dampak positif program ini terhadap kehidupan pariwisata di Tanjung Benoa. Pada acara tersebut, secara resmi Desa Pengastulan dikukuhkan sebagai Tsunami Ready Community oleh UNESCO.  

Keberhasilan Desa Tanjung Benoa dan Desa Pengastulan dalam meraih pengakuan sebagai Tsunami Ready Community menjadi bukti bahwa sinergi multihelix antara BMKG, pemerintah daerah, BPBD, masyarakat, dan pihak swasta mampu mendukung upaya mewujudkan cita-cita Zero Victim saat terjadi bencana.

Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali, juga resmi dikukuhkan sebagai Komunitas Siaga Bencana Tsunami (Tsunami Ready Community) oleh Komisi Oseanografi Antarpemerintah (IOC) di bawah naungan UNESCO. Pengumuman ini disampaikan pada Simposium 20 Tahun Tsunami Aceh yang berlangsung di Banda Aceh, pekan lalu. 

Sekretaris Desa Pengastulan, Muhammad Ali dikonfirmasi, Senin pagi (19/11/2024) mengungkapkan bahwa desanya telah berhasil memenuhi 12 indikator kesiapsiagaan tsunami yang ditetapkan UNESCO. Indikator tersebut meliputi pembentukan forum penanggulangan risiko bencana (FRB), pelatihan evakuasi, edukasi masyarakat, hingga pelaksanaan simulasi bencana secara rutin.

“Pencapaian ini tentunya membawa Desa Pengastulan meraih pengakuan internasional sebagai Komunitas Siaga Bencana Tsunami. Kami terus berkomitmen melakukan edukasi dan meningkatkan pemahaman masyarakat terkait bencana, bahkan sejak usia dini, agar mereka siap menghadapi gempa dan potensi tsunami,” ujar Muhammad Ali.

Verifikasi kesiapan Desa Pengastulan sebelumnya telah dilakukan oleh UNESCO IOC bersama BMKG pada 25-26 April 2024. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa masyarakat desa mampu menjalankan langkah-langkah mitigasi serta memenuhi 12 indikator kesiapsiagaan tsunami yang ditetapkan.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, berharap keberhasilan Desa Pengastulan dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi desa-desa lain di wilayah Buleleng. Menurutnya, pencapaian ini juga diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk memahami pentingnya mitigasi bencana, khususnya yang berpotensi tsunami.

“Kami berharap keberhasilan ini menambah semangat masyarakat untuk lebih waspada terhadap gempa bumi yang berpotensi tsunami. Terlebih, Desa Pengastulan memiliki sejarah pernah mengalami gempa dan tsunami pada tahun 1976,” jelasnya.

Dengan pengukuhan ini, Desa Pengastulan menjadi desa kedua di Bali yang meraih status Komunitas Siaga Bencana Tsunami, setelah Desa Tanjung Benoa di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Diharapkan, langkah ini dapat semakin meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana serta meminimalkan risiko yang mungkin timbul. (H-2)

Source link