Penangkapan bandar narkoba asal Ukraina di Bali kembali menjadi sorotan. Hal ini terjadi setelah Kepolisian Republik Indonesia (Polri) berhasil menangkap Roman Nazarenco (RN) di Bangkok, Thailand. RN yang merupakan bandar narkoba internasional yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) red notice itu tertangkap melalui kerja sama antara Divisi Hubungan Internasional Polri dan Royal Thai Police (RTP).
Kolaborasi antar satuan kerja di internal Polri, seperti Divisi Hubungan Internasional, Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, dan Divisi Humas Polri menjadi kunci keberhasilan operasi penangkapan ini. Pelaku yang telah ditangkap kemudian dibawa kembali ke Jakarta untuk diproses lebih lanjut.
Penangkapan ini menunjukkan komitmen Polri dalam memberantas kejahatan transnasional, terutama dalam hal peredaran narkoba internasional. Dengan ancaman hukuman mati, RN dijerat dengan Pasal 114 subsider Pasal 112 subsiber Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Polri juga berkomitmen untuk terus meningkatkan kerja sama dengan Interpol dan institusi penegak hukum negara lain demi keamanan global, termasuk dalam pemberantasan narkoba.
Kasus ini bermula dari clandestine lab yang memproduksi narkotika jenis mephedrone dan ganja hidroponik di Badung, Bali. RN diyakini sebagai otak dari operasi tersebut, mulai dari pembuatan laboratorium hingga pengendalian seluruh proses. Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia tidak memberikan ruang bagi bandar narkoba untuk beroperasi, baik di dalam negeri maupun lintas batas negara.
Penangkapan RN menjadi salah satu langkah penting dalam upaya Polri untuk memutus jaringan peredaran narkoba internasional, serta memberikan sinyal bahwa kejahatan semacam itu tidak akan ditoleransi. Segala upaya dilakukan untuk memastikan keamanan dan kestabilan di dalam negeri, serta berkontribusi pada upaya global dalam memberantas peredaran narkoba.
