Setiap tanggal 1 Januari diperingati sebagai Tahun Baru di seluruh dunia. Namun, mungkin ada pertanyaan mengapa tanggal tersebut dipilih sebagai awal tahun. Sebelum kalender Masehi digunakan, manusia menggunakan kalender Romawi yang dibuat oleh Romulus pada abad 8 SM. Dalam kalender Romawi, terdapat 10 bulan dan 304 hari dalam setahun, dimana perayaan Tahun Baru dilakukan pada awal musim semi. Namun, kalender Romawi kurang sesuai dengan perputaran matahari.
Kaisar Julius Caesar pun kemudian meresmikan Kalender Julian untuk memecahkan masalah tersebut. Kalender tersebut berbasis matahari dan mirip dengan Kalender Gregorian yang digunakan saat ini di sebagian besar negara. Hal ini membuat Julius Caesar menetapkan tanggal 1 Januari sebagai awal tahun, sebagian sebagai penghormatan kepada nama bulan Janus.
Pada abad ke-6, warga Eropa menggunakan tanggal 25 Maret sebagai awal Tahun Baru, karena mereka menganggap perayaan 1 Januari sebagai perayaan kafir yang tidak sesuai dengan agama Kristen. Namun, setelah perundingan panjang, akhirnya tanggal 25 Maret ditetapkan sebagai awal Tahun Baru. Selain itu, beberapa budaya kuno seperti Fenisia dan Persia juga merayakan Tahun Baru pada bulan Maret.
Paus Gregorius XIII memulai reformasi kalender Gregorian pada tahun 1582, yang menetapkan kembali tanggal 1 Januari sebagai awal Tahun Baru. Meskipun tidak semua negara Katolik segera beralih ke kalender Gregorian, tetapi secara bertahap negara tersebut mulai mengadopsinya. Negara Protestan juga mengikuti langkah ini. Namun, negara Ortodoks Timur seperti Inggris mengadopsi kalender Gregorian pada tahun 1752.
Perayaan Tahun Baru sendiri sudah ada sejak 4.000 tahun yang lalu, dengan laporan perayaan di Babylonia, Mesopotamia Kuno. Perayaan tersebut sangat erat kaitannya dengan agama dan mitologi, dilakukan pada bulan baru pertama setelah ekuinoks musim semi atau akhir bulan Maret. Tradisi ini dinyatakan dengan mengamati sinar matahari dan kegelapan yang sama pada saat itu.