Wayang Klithik, atau dikenal sebagai Wayang Kayu Klitik, merupakan salah satu jenis wayang tradisional khas Jawa yang terbuat dari kayu pipih. Berbeda dengan wayang kulit yang tembus cahaya, Wayang Klithik memiliki ciri khas suara “klithik-klithik” saat dipukul atau digerakkan selama pertunjukan. Wayang Klithik biasanya lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan wayang golek dan menggunakan detail ukiran serta pewarnaan untuk menggambarkan karakter.
Asal-usul Wayang Klithik berasal dari Jawa Timur dan telah berkembang sejak zaman Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Selama perkembangannya, Wayang Klithik digunakan untuk menceritakan kisah-kisah kepahlawanan dan sejarah Jawa, terutama dari cerita Panji dan Damarwulan. Cerita Panji sendiri mengisahkan petualangan Raden Panji dari Kerajaan Jenggala dalam mencari kekasihnya, Dewi Sekartaji.
Perkembangan Wayang Klithik melalui berbagai masa sejarah mencerminkan peran pentingnya dalam budaya Jawa. Dari era Kerajaan Majapahit hingga zaman Modern sekarang, Wayang Klithik tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan tradisional tetapi juga sebagai sarana pendidikan moral, ritual adat, dakwah Islam, serta identitas budaya dan warisan tradisi Jawa. Meskipun saat ini Wayang Klithik jarang dimainkan dibandingkan dengan wayang kulit dan golek, upaya pelestariannya terus dilakukan oleh pemerintah dan para seniman untuk menjaga warisan budaya yang berharga.
Secara teknis, Wayang Klithik dibuat dengan menggunakan kayu tipis seperti kayu waru atau sengon yang diukir dengan detail untuk menciptakan tokoh-tokoh pewayangan. Kayu tersebut dipotong, dibentuk, diukir, dan diwarnai dengan warna khas wayang. Selain itu, wayang ini dimainkan dengan cara ditegakkan pada batang pisang, tidak menggunakan layar seperti wayang kulit, dan dipersiapkan oleh dalang dengan iringan musik gamelan.
Dalam memainkan Wayang Klithik, dalang memainkan peran penting dalam menggerakkan wayang, mengiringi pertunjukan dengan dialog dan narasi cerita, serta memberikan efek suara “klithik-klithik” yang dramatis. Wayang Klithik juga memiliki perbedaan yang mencolok dengan wayang golek dan wayang kulit dalam hal bahan, teknik pembuatan, cara memainkan, dan cerita yang dibawakan.
Dengan demikian, Wayang Klithik bukan hanya merupakan bagian dari warisan budaya Jawa yang unik, tetapi juga memiliki nilai seni, sejarah, dan makna yang mendalam dalam kehidupan masyarakat Jawa. Melalui peranannya yang beragam, Wayang Klithik terus menjadi simbol keberagaman budaya dan warisan tradisi yang patut dilestarikan dan diapresiasi oleh generasi muda Indonesia.