Pengunduran diri Robert Reid dari FIA pada pekan lalu mengejutkan banyak pihak, terutama karena ia memilih untuk mundur di tahun pemilihan. Alasannya pun akhirnya dijelaskan oleh Reid sendiri dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan. Dalam pernyataannya, Reid menyatakan kurangnya komunikasi dan transparansi yang dirasakan datang dari pihak pemimpin di FIA menjadi faktor utama di balik keputusannya tersebut.
Sementara itu, kekhawatiran terhadap kerusakan dalam keanggotaan FIA terkait tata kelola semakin diperparah dengan penunjukkan Presiden FIA Mohammed Ben Sulayem. Meskipun eksentrik dalam perilaku, Ben Sulayem diragukan atas pendekatan terhadap isu-isu penting dalam motorsport. Penunjukkan Ben Sulayem telah menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait pemusatan kekuasaan di tangan presiden dan kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan di FIA.
Perdebatan mengenai pengambilalihan penyelenggaraan Kejuaraan Rallycross Dunia oleh FIA juga menjadi sorotan penting dalam kontroversi ini. Pencaplokan ini menimbulkan kembali isu konflik kepentingan antara regulasi balap internasional dan eksploitasi komersial. Peristiwa serupa pernah terjadi pada tahun 1999 dengan investigasi Uni Eropa terhadap FIA dan Manajemen Formula Satu. Belum ada kejelasan mengenai arah kebijakan FIA di masa depan setelah pengunduran diri Reid.
Pengalaman pahit yang dialami Reid dalam menyuarakan keprihatinannya terhadap tata kelola FIA menggambarkan betapa sulitnya mempertahankan kejujuran dan integritas dalam dunia olahraga. Meski telah menghadapi tantangan besar, Reid menegaskan bahwa keputusannya angkat bicara adalah untuk menjaga integritas olahraga dan tata kelola yang transparan. Semoga peristiwa ini dapat menjadi pembelajaran bagi pihak-pihak terkait dalam meningkatkan komunikasi dan transparansi dalam dunia motorsport.
