Kabar duka menyelimuti dunia musik Indonesia dengan berita meninggalnya salah satu pendiri band metal Seringai, Ricky Siahaan, pada usia 48 tahun. Ricky menghembuskan napas terakhirnya di Tokyo, Jepang, setelah tampil dalam konser penutup tur “Seringai Wolves of East Asia Tour 2025”. Akun resmi band @seringaiofficial mengunggah kabar duka ini, menyatakan bahwa Ricky wafat secara mendadak setelah penampilannya di konser terakhir di Tokyo.
Proses pemulangan jenazah Ricky ke Indonesia sedang berlangsung, dengan informasi lebih lanjut mengenai jadwal dan lokasi pemakamannya akan segera diumumkan oleh pihak manajemen. Bagi personel Seringai, Ricky bukan hanya rekan kerja di atas panggung, tetapi juga figur sentral yang menghadirkan energi dan semangat dalam kehidupan band.
Ricky Siahaan, yang lahir di Tanjung Pandan, Belitung, memulai kariernya di dunia musik dengan band Chapter 69 pada tahun 1995 dan terus melangkah bersama band hardcore Buried Alive. Pada tahun 2002, Ricky bersama Arian Arifin (Arian13) mendirikan Seringai, band yang menjadi ikon musik metal Indonesia modern. Bersama drummer Edy Khemod dan bassist Sammy Bramantyo, Seringai dikenal dengan lirik-lirik kritis dan musik yang kencang.
Di luar dunia musik, Ricky memiliki pengalaman di industri media, termasuk peranannya sebagai produser di MTV On Sky serta bergabung dengan majalah Rolling Stone Indonesia. Selain itu, Ricky juga menjabat sebagai CEO Whiteboard Journal, sebuah platform media budaya dan gaya hidup urban yang berpengaruh di kalangan anak muda.
Perpisahan Ricky meninggalkan kerinduan mendalam di komunitas musik Indonesia, tidak hanya karena keahliannya dalam bermusik tetapi juga dedikasinya terhadap musik independen. Seringai mengungkapkan rasa duka dengan memposting penghormatan terakhir untuk Ricky, dengan harapan bisa bertemu kembali di panggung lain suatu saat.