Survei terbaru Denny JA menunjukkan adanya penurunan tajam dalam elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Berdasarkan survei yang dilakukan pada 6-13 November 2023, salah satu faktor yang menyebabkan penurunan elektabilitas pasangan yang diusung PDIP dan partai koalisinya adalah karena terjadinya blunder di Partai Banteng.
“Minimal empat hal bisa menjelaskan mengapa Ganjar-Mahfud mengalami penurunan. Pertama, blunder kubu Ganjar (PDIP). Semakin menyerang Jokowi (Presiden RI dan kader PDIP), semakin banyak pendukung Jokowi yang pergi dari Ganjar,” kata Peneliti LSI Denny JA, Adjie Al Faraby di Kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Senin (20/11/2023).
Adjie menjelaskan bahwa kubu Ganjar agaknya tidak menyadari bahwa mayoritas pemilih Ganjar adalah orang-orang yang mengidolakan Jokowi. Serangan terhadap Jokowi yang diisukan melanggengkan anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka berdampingan dengan Prabowo Subianto dalam Pilpres disinyalir menyebabkan pecahnya dukungan ke Ganjar.
“Dengan kubu Ganjar dan PDIP juga simpatisannya menyerang Jokowi, justru membuat pendukung Jokowi di Ganjar-Mahfud pergi dan pindah mendukung pasangan capres-cawapres lain. Itu blunder terbesar kubu Ganjar yang tak menyadari efek Jokowi bagi elektabilitas Ganjar-Mahfud,” ungkap Adjie.
LSI Denny JA mencatat, pada Oktober 2023, pemilih yang puas terhadap Jokowi dan memilih Ganjar-Mahfud sebesar 39,4 persen. Saat ini, pada November 2023, pemilih yang puas terhadap Jokowi yang memilih Ganjar-Mahfud sebesar 31,9 persen. “Terdapat penurunan sebesar 7,5 persen,” ujar Adjie.
Suara Ganjar yang ‘lari’ tersebut mayoritas pergi ke pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka karena asas tegak lurus pada Jokowi. Sekitar 40 persen beralih ke pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar ‘AMIN’.
Sumber: Republika