NDUGA – Empat personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) tewas dalam kontak tembak dengan kelompok separatis teroris (KST) di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan. Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyatakan bahwa Praka YL, Praka DB, Pratu MF, dan Prada DA meninggal dunia dalam baku tembak saat operasi di Distrik Paro.
Tiga personel lainnya, yakni Serda AH, Pratu MI, dan Praka BS mengalami luka tembak. Jenderal Agus tidak menjelaskan kapan peristiwa kontak tembak terjadi. Keempat jenazah personel TNI yang gugur telah dievakuasi dan dipulangkan ke keluarga masing-masing di Jawa Barat (Jabar) dan di Jawa Tengah (Jateng) untuk dimakamkan. “Bahwa keempat prajurit yang gugur tersebut, akan mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) atas jasa-jasanya dalam pelaksanaan tugasnya di Papua,” kata Agus di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Agus juga tidak menjelaskan tentang operasi pasukan TNI di Distrik Paro. Namun, wilayah di Papua Pegunungan itu selama ini, menjadi salah satu titik paling rawan serangan dari KST. Pada Februari 2023, persisnya di Lapangan Udara Paro, KST melakukan penyerangan dengan membakar pesawat Susi Air dan menawan pilot Kapten Philips Mark Marthens.
Sampai hari ini, pilot berkebangsaan Selandia Baru masih dalam penyanderaan gembong separatisme yang dipimpin Egianus Kogoya. Proses negoisasi agar KST membebaskan Philips masih terus berlangsung.
Versi pemberontak
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengaku bertanggung jawab atas serangan ke pos TNI di Distrik Paro. TPNPB mengeklaim bahwa jumlah korban TNI yang meninggal bukan empat orang, tetapi delapan orang.
“Pasukan TPNPB Ndugama di bawah pimpinan Perek Jelas Kogeya menembak delapan anggota TNI di Paro. Dan Panglima Kodap III Nduga-Derakma Egianus Kogeya dan pasukannya bertanggung jawab,” kata Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom di Jakarta, Selasa.
Menurut Sebby, kontak tembak tersebut terjadi pada Sabtu (25/11/2023). Dia menerangkan, baku tembak antara pasukan bersenjata Papua Merdeka dengan TNI itu terjadi sekitar pukul 12.00 WIT. Sebby menyampaikan, kontak tembak terjadi ketika pasukan gabungan baret merah TNI melakukan pengintaian di tempat persembunyian pasukan TPNPB.
Sebby menyebut, pengintaian tersebut, diduga terkait dengan misi untuk membebaskan Kapten Philips yang masih dalam penyanderaan. “Tim Kopassus ini memata-matai pos penjagaan TPNPB. Mereka melakukan penyerangan saat pasukan TPNPB sedang melintas,” ucap Sebby.
“Dan pasukan TPNPB melakukan serangan balik. Dan dalam kontak senjata tersebut delapan orang anggota Kopassus kami tembak tewas di tempat,” ujar Sebby melanjutkan. Dia juga menyampaikan, TPNPB mencatat tiga anggota militer Indonesia sengaja dibiarkan hidup.
Sumber: Republika