Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Pemerintahan dan Pembangunan Manusia BSSN RI, Sulistyo, memperingatkan mengenai tiga ancaman serius terhadap data pribadi yang perlu diwaspadai. Dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Sulistyo menyebutkan bahwa ancaman tersebut dapat dibagi menjadi tiga kategori utama.
Ancaman pertama adalah “Data Dicari”, di mana individu secara tidak sengaja dapat mengungkapkan data pribadi mereka melalui media sosial, yang kemudian memudahkan pihak lain untuk menemukan dan menyalahgunakan informasi tersebut. Ancaman kedua adalah “Data Diberi”, yang berasal dari aplikasi atau platform yang sering kali dapat melacak aktivitas pengguna untuk berbagai tujuan, seperti pemasaran dan analitik.
Ancaman ketiga adalah “Data Dicuri”, di mana para pelaku kejahatan cyber mengincar individu yang memiliki nilai strategis untuk mencuri data pribadi mereka. Sulistyo juga menyebutkan bahwa spyware dan penyadapan merupakan jenis ancaman terkait dengan pencurian data, meskipun eksploitasi potensialnya rendah.
Dengan demikian, penting bagi pengguna untuk tetap waspada terhadap potensi ancaman ini guna menjaga keamanan dan privasi data mereka di era digital. Sulistyo berharap seminar ini dapat memberikan wawasan baru kepada peserta mengenai pentingnya menjaga keamanan data pribadi, terutama dalam konteks keseimbangan antara keamanan nasional dan kebebasan sipil.
Seminar tersebut juga merespon laporan dari Amnesty International yang menyoroti penggunaan alat sadap oleh pemerintah Indonesia, yang dianggap sebagai tindakan represi terhadap kebebasan sipil dan Hak Asasi Manusia. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian lebih terhadap perlindungan data pribadi dan prinsip HAM di Indonesia.
