STASIUN Klimatologi BMKG Yogyakarta telah mengeluarkan peringatan untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa hari terakhir ini hingga bulan Agustus 2024 akan dilanda suhu dingin. Fenomena ini terjadi pada malam hari hingga pagi hari, dalam bahasa Jawa disebut bedhidhing.
Dalam keterangan tertulisnya, Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta menyebutkan, suhu dingin yang melanda DIY itu pada kisaran 19 derajat Celsius hingga 23 derajat Celsius.
Bahkan kondisi ini dierkirakan akan mencapai puncaknya pada 5 Agustus mendatang dengan suhu dingin yang bisa mencapai 17 derajat Celsius.
Baca juga : BMKG Yogyakarta Sebut 26 Kecamatan di DIY Berstatus Awas Kekeringan Meteorologis
Penyebabnya antara lain adanya pergerakan massa udara dari Australia yang membawa massa suhu dingin dan kering ke arah Asia. Massa udara dingin ini melintas wilayah Indonesia yang dikenal dengan sebutan Monsoon Dingin Australia.
Hal lainnya karena adanya tutupan awan relatif sedikit menyebabkan pantulan panas dari bumi dari matahari tidak terhalangi oleh awan tetapi langsung terlepas dan hilang ke angkasa.
Di sisi lain, kandungan air di tanah yang makin menipis, kandungan uap air di udara juga tipis. Ini dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.
Baca juga : Waspadai Gelombang Tinggi di Pesisir Selatan Yogyakarta
Stasiun Klimatologi mencatat kelembaban udara ini pada kisaran 47% hingga 51%. Menghadapi kondisi ini, masyarakat diminta menjaga kesehatan khususnya dengan mencukupi kebutuhan cairan agar tidak terkena dehidrasi, serta makan dan minum dengan makanan dan minuman yang hangat. Guna mencegah kulit kering, masyarakat diminta menggunakan pelembab kulit.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa dampak dari suhu yang semakin panas adalah meningkatnya frekuensi fenomena cuaca ekstrem di lingkungan. Malah dampaknya akan dirasakan bukan pada manusia saja, namun hingga sektor pertanian sekali pun.
“Petani adalah kelompok yang paling terdampak, dan jika kita tidak berhasil melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, diprediksi akan terjadi krisis pangan global pada pertengahan abad ini, dimulai dengan krisis air dan bencana hidrometeorologi,” ujarnya dalam keterangan resmi. (AU)