AWAN petir tidak hanya menghasilkan hujan dan kilat. Selain emisi cahaya yang terlihat, awan petir juga dapat memancarkan semburan sinar gamma yang sangat intens, bentuk cahaya paling energik, yang berlangsung hanya dalam jutaan detik. Awan ini juga bisa bersinar secara stabil dengan sinar gamma selama beberapa detik hingga menit.
Para peneliti yang menggunakan platform udara NASA kini telah menemukan jenis emisi sinar gamma baru yang durasinya lebih pendek dari sinar gamma stabil namun lebih lama dari semburan mikrodetik. Mereka menyebutnya semburan sinar gamma berkedip. Penemuan ini mengisi celah yang hilang dalam pemahaman ilmuwan tentang radiasi awan petir dan memberikan wawasan baru tentang mekanisme yang menghasilkan petir.
Wawasan ini, pada gilirannya, dapat membantu memperkirakan risiko petir dengan lebih akurat bagi manusia, pesawat, dan pesawat ruang angkasa.
Baca juga : NASA Temukan Ledakan Sinar Gamma, Satu Kuintiliun Kali Lebih Terang dari Matahari
Peneliti dari Universitas Bergen di Norwegia memimpin penelitian ini bersama ilmuwan dari NASA Marshall Space Flight Center di Huntsville, Alabama, NASA Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland, U.S. Naval Research Laboratory, serta beberapa universitas di AS, Meksiko, Kolombia, dan Eropa. Temuan ini dipublikasikan dalam dua makalah di Nature, Rabu (2/10).
Tim peneliti internasional ini menemukan temuan tersebut saat terbang menggunakan pesawat penelitian NASA ER-2 yang dilengkapi dengan baterai detektor. Pada Juli 2023, ER-2 melakukan serangkaian 10 penerbangan dari Pangkalan Angkatan Udara MacDill di Tampa, Florida. Pesawat ini terbang di atas awan petir tropis di Karibia dan Amerika Tengah, memberikan pandangan yang belum pernah ada sebelumnya tentang aktivitas awan.
Muatan ilmiah dikembangkan untuk kampanye ALOFT (Airborne Lightning Observatory for Fly’s Eye Geostationary Lightning Mapper Simulator and Terrestrial Gamma-ray Flashes). Instrumen di dalam muatan termasuk radar cuaca dan beberapa sensor untuk mengukur sinar gamma, kilatan petir, serta emisi gelombang mikro dari awan.
Baca juga : Matahari Mulai Oktober dengan Dua Lontaran Flare Kuat, Termasuk Flare X7.1
Para peneliti awalnya berharap instrumen ALOFT dapat mengamati semburan radiasi cepat yang dikenal sebagai Terrestrial Gamma-ray Flashes (TGF). Semburan ini pertama kali ditemukan pada 1992 oleh pesawat ruang angkasa NASA Compton Gamma Ray Observatory, yang menyertai beberapa sambaran petir dan hanya berlangsung dalam jutaan detik.
Namun, semburan sinar gamma berkedip adalah kejutan yang tidak terduga. “Mereka hampir mustahil terdeteksi dari luar angkasa,” kata Martino Marisaldi, salah satu peneliti utama dari Universitas Bergen. Namun, ketika berada di ketinggian 20 kilometer, kita bisa melihatnya.” Tim peneliti menemukan lebih dari 25 semburan baru ini, masing-masing berlangsung antara 50 hingga 200 milidetik.
Penemuan ini dapat memberikan petunjuk penting yang dibutuhkan ilmuwan untuk memahami dinamika awan petir, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman kita tentang petir dan bahaya yang ditimbulkannya. (NASA/Z-3)