Kejijikan di RTH Tubagus Angke: Sarang Prostitusi Jalanan Dipenuhi Kondom dan Tisu Bekas

by -329 Views
Kejijikan di RTH Tubagus Angke: Sarang Prostitusi Jalanan Dipenuhi Kondom dan Tisu Bekas

BANDA ACEH – Puluhan alat kontrasepsi beserta tisu bekas berserakan di ruang terbuka hijau (RTH) di Jalan Tubagus Angke, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Jumat (26/4/2024). Dari yang terlihat, alat kontrasepsi berbentuk karet itu, bercampur dengan dedaunan kering dan sampah plastik bekas makanan.

Beberapa juga dibuang ke kali, hingga dikubur dalam tanah.

Tidak heran, jika banyak lalat dan nyamuk berkeliaran dan mengerumuni ruang yang seharusnya menjadi paru-paru kota tersebut.

Sebaliknya, RTH itu justru menjadi tempat maksiat dan sarang penyakit.

Padahal, banyak warga yang sering memanfaatkan area tersebut untuk duduk santai sambil memancing.

Salah satu warga bernama Koko (53) membenarkan adanya aktivitas prostitusi di wilayah itu.

Bukan satu atau dua tahun, tetapi sudah berlangsung sejak 1985.

“Benar itu kan istilahnya tempat malam, sejak tahun 1985. Dari tahun itu sampai sekarang malah tambah banyak,” kata Koko saat ditemui Warta Kota di Jalan Tubagus Angke, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Jumat.

Menurutnya, setiap malam mulai pukul 21.00 WIB, orang mendirikan tenda-tenda di sepanjang Jalan Tubagus Angke.

Koko bahkan mengetahui jumlah dan lokasi tenda tersebut dengan baik.

Sejak tahun 1985, tempat prostitusi liar tersebut tidak berubah sedikitpun.

Koko mengatakan, total ada 14 tenda yang masing-masing dihuni oleh 3-4 wanita malam atau bahkan lebih.

“Tenda untuk wanita malam. Wanita malam mencari uang. Wanita di sana tidak benar. Banyak pengunjung setiap malam,” ujar Koko.

Koko mengatakan, biasanya pelanggan tempat prostitusi liar itu adalah pengendara laki-laki yang lewat dan singgah untuk melampiaskan hasrat.

Meskipun demikian, Koko mengatakan bahwa dirinya dan warga tidak bisa berbuat apa-apa meskipun mereka merasa gelisah.

“Gelisah atau tidak, bagaimana bisa berubah mata pencaharian. Tidak bisa menegur, mata pencahariannya begitu mau bagaimana,” katanya.

Menurut Koko, seringkali ada petugas yang merazia tempat tersebut.

Namun, para pelaku malam selalu bisa lolos karena mereka bisa bersembunyi di tempat-tempat berbeda.

Mulai pukul 21.00 WIB hingga pukul 04.00 WIB. Banyak yang digerebek, tapi mereka kembali lagi. Petugas kebersihan setempat harus melihat kantung bekas kondom setiap pagi.

Bahkan tidak jarang, kondom itu bisa mencapai setengah karung saat dikumpulkan.

“Kadang-kadang sampah juga dibersihkan. Kadang-kadang lebih banyak bertumpuk, tendanya penuh bekas kondom dan tisu,” katanya.

Sementara itu, Camat Grogol Petamburan Agus Sulaeman mengatakan bahwa mereka sering memberantas tempat yang diduga sebagai sarang prostitusi.

Namun, hasilnya tetap nihil.

Para pelaku malam terus datang kembali dan melakukan tindakan itu.

“Saya sudah memerintahkan kepada Lurah untuk membersihkan terlebih dahulu, kegiatan penertiban kami sudah rutin tetapi kadang-kadang penertiban bocor sehingga tidak efektif,” katanya saat dihubungi Jumat.

Oleh karena itu, Agus menyatakan bahwa mereka akan meningkatkan penertiban di kawasan tersebut setelah fenomena ini terungkap.

“Penertiban harus dilakukan diam-diam, sudah rutin kami di sana. Tapi setelah temuan seperti ini, kami akan berusaha membuat penertiban lebih maksimal,” katanya.