JAKARTA – Elite Partai Demokrat bereaksi terhadap pernyataan pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jusuf Wanandi yang muncul di acara Total Politik. Dalam acara tersebut, ia beberapa kali mengeluarkan umpatan hingga disensor, termasuk ‘menghina’ Presiden ke-6 RI Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan sebutan jenderal kancil.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindaon juga angkat bicara. Dia heran mengapa Jusuf Wanandi malah menyerang SBY. Padahal, Ketua Umum DPP Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang juga putra sulung SBY sempat menghadiri acara yang diadakan CSIS.
“Saya tidak mengerti kenapa Jusuf Wanandi ini. Kami kader Demokrat selalu diberitahu oleh Pak SBY untuk menghormati CSIS. Bahkan beberapa waktu lalu undangan CSIS ke Mas AHY kami hadiri,” kata Jansen saat dihubungi oleh Republika.co.id di Jakarta, Jumat (10/5/2024).
Jansen juga menyatakan bahwa ia kehilangan rasa hormat terhadap Jusuf Wanandi dan CSIS. “Melihat perilaku JW ini, sebagai kader Demokrat, saya kehilangan rasa hormat saya terhadap dia dan lembaganya CSIS,” ujar Jansen.
Ia juga menegaskan bahwa Demokrat tidak akan menghadiri acara CSIS lagi karena meskipun SBY dan AHY menghargai CSIS, namun pendirinya malah berperilaku sebaliknya.
“Sebagai seorang kader Demokrat, saya menyarankan kepada partai, cukuplah tahun kemarin itu kita terakhir kali hadir ke undangan dan acara-acara CSIS ini!” ucap Jansen dengan geram.
Jansen juga memberikan ultimatum kepada Jusuf Wanandi dan CSIS agar tidak merasa sebagai pihak paling hebat di dunia politik. Menurutnya, keputusan SBY saat menjabat presiden untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) adalah keputusan yang dipertimbangkan dengan matang.
“Bagi CSIS, khususnya pendirinya Jusuf Wanandi: tidak usahlah Anda merasa paling hebat, jago, dan paling pintar di negeri ini Pak. Proses seseorang menjadi jenderal tidak semudah mulut Anda bicara, dan terkait kenaikan BBM, setiap presiden memiliki pertimbangan masing-masing terhadap keputusannya,” kata Jansen.
Di samping itu, SBY adalah lulusan Akademi Militer 1973 dan pernah terlibat dalam Operasi Seroja di Timor-Timur selama lima tahun. Dia memiliki karier cemerlang di TNI AD dan meraih pangkat Brigadir Jenderal saat menjadi Komandan Pasukan Perdamaian PBB di Bosnia pada tahun 1995-1996.
Selain itu, SBY juga pernah menjabat sebagai Pangdam, menteri, dan presiden.
Sumber: Republika